Senin, 21 April 2008

KASIYEM (14 th), Adiraja, Adipala, 020

SAYA TIDAK BISA TIDUR...

Pada hari senin jam 16.00 sore terjadi gempa dan tsunami. Saya takut sekali, dan semua orang takut atas kejadian itu, karena ombak yang sangat besar menimpa banyak korban.

Semua orang mengungsi ke Gunung Selok, tetapi saya dan keluarha saya tidak mengunmgsi karena ombak yang besar tidak sampai ke desaku, tetapi adanya gempa susulan orang-orang masih mengungsi di Gunung Selok.

Pada waktu itu, saya tidak bias tidur satu malam karena adanya gempa susulan. Warga panic karena getaran yang sangat kuat dan dan warga takut karena akan ada gempa susulan lagi. Dan pada hari selasa saya tidak masuk sekolah karena orang tua saya takut adanya gempa susulan itu.

Dan sampai sekarang (20/7) masih banyak warga yang mengungsi karena takut adanya gempa susulan dan kami ikut berduka cita atas kajadian yang menimpa kota Pangandaran dan lainnya.
Dan sampai sekarang warga masih was-was atas kejadian gempa dan tsunami itu. Dan masih banyak temanku yang belum masuk sekolah karena mereka masih mengungsi. Karena mereka masih takut adanya gempa sususlan yang melanda desa mereka.

Semua warga masih takut dan was-was adanya gempa susulan itu. Meskipun orang-orang sudah pulang ke rumahnya masing-masing tetapi warga masih takut adanya gempa susulan.

VERA NUR WATI (14 th), Gombolharjo, Adipala, 019

desa saya tidak separah....

Pada hari senin jam 04.00 sore waktu saya sesudah shalat ashar tiba-tiba tetangga saya panic sekali karena mendengar kalau ada musibah tsunami. Tetangga saya langsung pergi mengungsi bersama keluarganya dan saa terasa takut waktu mendengar di daerahku ada tsunami susulan.
Dan bersyukurlah kalau di daerahku tidak ada yang meninggal satu pun, tetapi waktu saya melihat tv ternyata di daerah Cilacap mengkhawatirkan dan juga banyak orang yang meninggal, anak-anak, remaja, maupun orang tua.

Waktu itu saya tidak ikut mengungsi dan keluarga saya. Setiap sore keluarga saya tidak bias tidur dan juga tetangga saya, karena nantinya gempa tsunami akan dating lagi.

Saya setiap sore mendengar dari radio atau tv, kalau di daerah Cilacap banyak ratusan korban yang terkena gempa tsunami. Setelah dua hari saya perg ke Karang benda dan Cilacap untuk melihatnya.

Dan ternyata di sana pun banyak korban yang sudah tergeletak. Dan saudara-saudaranya semua menangis karena ditinggal oleh, anak, ayah, nenek, dan ibunya. Dan korban itu juga ada yang belum ditemukan. Dan waktu saya melihatnya juga ibu-ibu di sana ada yang pingsan karena anaknya belum ditemukan.

Dan saya Bersyukur kepada Alloh karena di desa saya tidak separah yang aku lihat di daerah lain, dan saya juga berdoa agar teman-teman saya yang terena gempa tsunami semoga baik-baik saja. Tapi sampai hari rabu sekarang, teman saya juga ada yang belum juga berangkat, karena dia ketakutan kalau ada gempa tsunami lagi.

Saudara-saudara saya juga ada yang terkena gempa tsunami, tapi bersyukurlah saudara saya baik-baik saja. Semoga saja gempa ini tidak terulang lagi karena saya melihat gempa di Yogyakarta dan di Aceh sangat menakutkan.

YUNI SEPTIASARI (14 th), Karang Anyar, Adipala, 018


aku pulang dengan terburu-buru


Pada hari senin, di saat aku sedang bermain ke rumah temanku, tiba-tiba kudengar teriakan-teriakan tetangga temanku bahwa air laut desaku mengalir deras.

Di saat itulah aku terkejut hingga aku pulang dengan terburu-buru. Di saat aku pulang, banyak orang berlarian karena ketakutan. Semua rasa sedih dirasakan oleh semua warga di desaku.

Banyak anak tetanggaku semua kehilangan orang tuanya dan hampir ada anak tetanggaku yang menjadi korban. Namun alhamdulillah dia selamat dan sampai sekarang dia masih merasa ketakutan mendengar berita tentang semua itu. Keluarga pun bersiap-siap dan terburu-buru hingga pekerjaan pun ditinggalkan karena untuk menyiapkan barang-barang.

Pada hari selasa, tetanggaku semua pergi ke pegunungan untuk mencari keselamatan keluarga ku pun ikut. Di sana aku tidak bisa tidur karena rasa takut masih kurasakan begitu juga tetanggaku. Di saat aku mendengar banyak korban di peristiwa ini rasa takutku semakin bertambah.

Di saat peristiwa ini masih berlangsung aku di setiap malam pergi ke pegunungan bersama keluargaku dan aku pergi ke posko-posko kesehatan di sana pun aku melihat banyak orang yang memeriksakan dirinya tanpa membayar.

Dan pada saat di sanapun aku teringat teman-temanku, apakah mereka selamat atau sebaliknya. Aku sering berdoa kepada Alloh agar kejadian ini takkan terulang lagi.
Di peristiwa ini banyak orang yang menjadi korban dan di pertama kejadian ini aku dan temanku pada saat bermain ke rumah teman dan sebelum aku sampai di rumah temanku di jalan-jalan aku mencium bau yang sangat amis. Kupikir itu ikan yang sedang dikeringkan, tetapi di saat tetanggaku ke rumahku dia berbicara dengan kedua orang tuaku bahwa bau amis itu adalah air laut.

Di saat peristiwa ini aku sering melihat televisi untuk melinat berita dan kudengar di Jakarta ada gempa dan akupun makinketakutan tetapi aku pendam rasa takut itu dan banyak-banyak berdoa agar peristiwa ini tak terulang lagi.

ATIN PURWASIH (15 th), Bunton, Adipala, 017

Kejadian Tsunami

Pada hari senin sore saya mendengar tentang tsunami. Saya ketakutan. Saya dan orang tua saya pergi mengungsi ke Adipala. Sementara bersama orang tua saya, saya sangat takut sekali. Pada malam harinya saya mendengar di berita katanya Pangandaran yang kena dan Cilacap. Saya ingin pergi mengungsi ke Gunung, tapi tidak boleh kata orang air kautnya sudah seperti biasanya. Jadi saya tidak ketakutan lagi. Paginya saya pulang ke rumah. Saya pergi ke sawah, air lautnya sudah di sawah. Jadi saya ketakutan lagi. Siang harinya ada orang bilang air lautnya ke atas lagi, jadi saya siap-suiap lagi dan saya pergi mengungsi. Saya dan orang tua saya ikut mobil dan saya sudah sampai di pengungsian.

Ketika jam 12.30 kata orang air lautnaya sudah seperti biasanya lagi, jadi saya pulang ke rumah saya dengan dijemput oleh tate saya. Saya pulang ke Bunton. Di sana sangat ramai sekali, seperti tahun baru. Semua orang pergi ke laut, katanya ingin melihat keadaan laut dan saya pergi ke laut. Saya melihat orang mati tang terbawa ombak dan saya melihat dan dengar anak kecil juga terbawa ombak. Saya sangat takut dan saya pulang ke rumah. Di sana ada orang banyak dan membawa tas dan saya ikut-ikutan.

Ketika pagi-pagi kakak keponakan saya dating ke rumah saya. Katanya orang di kampug Bunton sudah tidak ada, dia pergi mengungsi ke pegunungan. Kata dia, sapi dan sawahnya diterjang ombak sehingga sapid an sawahnya pada mati. Pada sore harinya sekitar jam 06.00 WIB saya melihat di televisi, katanya sulawesi akan ada tsunami yang besar dan berhubungan dengan tsunami. Kemarin yang di Pangandaran dan di kampung saya orang pada siap-siap kalau ada apa-apa akan langsung pergi tidak repot kita harus waspada pada tsunami.

SUSANTI (14 th), Karanganyar, Adipala, 016

Kejadian Tsunami

Ketika terjadi tsunami, saya sedang tidur di kamar. Tiba-tiba saja tetanggaku berteriak, "tsunami..tsunami… cepat lari !!"

Aku bangun, dengan ergesa-gesa dan berlari sambil menangis mencari dan memanggil orang tuaku. Orang tuaku pulang dan berkata cepat kemasi baju-baju kita, dan seger mencari tempat yang tinggi. Orang-orangpun berlarian dengan sendirinya. Untung ada mobil truk yang membawa orang orang-orang desa ke pegunugan.

Waktu di perjalanan ada seorang ibu menangis dengan sedihnya, karena ketiga anaknya hilang entah kemana. Aku pun ikut bersedih dan kut menangis. Setelah sampai di pegunungan, keluargaku dan semua tetanggaku menangis.

Waktu terus berputar, hingga malam pun tiba. Semua orang tidak bias tidur, karena di pegunungan sangat dingin. Aku terus menangis dan berbincang dengan dengan teman-teman. Kejadian yang tak pernah disangka-sangka akhirnya muncul dengan tiba-tiba.

Sayang…. Kejadian tsunami itu membuat rakyat Indonesia semakin berkurang. Hingga tiga ari tiga malam kmi semua masih mengungsi di pegunungan.

Untungnya keluargaku masih tetap utuh hingga sekarang. Aku sangat bersyukur karena keluargaku masih tetap utuh dan berkumpul bersama. Mudah-mudahan kejadian tsunami tidak akan pernah terulang lagi. Amiin.

LUCITANIA DEWI (14), Penggalang, Adipala, 015


Kepanikan Saat Gempa dan Tsunami

Senin, 17/7/2006 lalu sekitar pukul 16.00 terjadi gempa berkekuatan 5,5 Skala Ritcher yang melanda Daerah Jakarta, Bandung, Pangandaran, dan Cilacap. Tak lama kemudian terjadi tsunami yang menimpa Pantai Selatan Pulau Jawa. Saat berita itu terjadi / tersebar, terjadi kepanikan di desa saya. Sungai Serayu yang dulunya tenang dan menjadi tempat mencari nafkah, kini menjadi tempat yang paling ditakuti.

Saat kabar tsunami tersebar, banyak warga yang lari ke sana kemari untuk mengungsi dan bahkan banyak warga yang menyiapkan tangga untuk menyelamatkan diri dengan cara naik ke atas genteng.

Berbeda dengan desa saya Penggalang, di sana sedikitpun orang-orang tidak merasakan kepanikan dan tidak akan pernah mengungsi. Warga di desaku hanya merasa panik jika rumah mereka di jarah oleh orang-orang yang tidak bertangung jawab.

Oleh karena itu, mereka hanya berdiam diri di rumah saja. Walaupun tsunami itu memang benar-benar terjadi, mereka hanya bisa pasrah dengan kejadian seperti di Aceh. Tapi alhasil kabar tsunami itu tidak benar-benar terjadi dan warga pun dengan senang menjalankan aktivitas mereka masing-masing.

Hari kedua bencana gempa dan tsuami masih dirasakan gonjang-ganjing oleh kami. Sekitar pukul 11.30 diisukan kembali berita tersebut. Berbeda dengan hari pertama, warga desa sangat tenang, tetapi sekarang mereka panik dan mereka berkumpul di jalan agar mereka tidak terkena reruntuhan akibat tsunami. Tetapi setelah aparat dari kelurahan mengecek, ternyata berita itu tidak benar dan warga pun kembali menjalankan aktivitas masing-masing..

KARIFUDIN (13 th), Penggalang, Adipala, 014

saya melihat orang-orang berlarian

Waktu saya bermain layang-layang di sawah, saya melihat orang-orang berlarian dan sepeda motor atau mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Saya bingung dan gelisah, lalu saya lari untuk pulang.

Waktu saya pulang, saya mendengar ada gempa tsunami, lalu saya melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah. Ddi rumah, Saya disuruh pergi oleh ibu. Warga di desaku pada pergi semua. Lalu saya pergi bersama-sama dengan warga desaku. Sementara Ibuku tidak ikut pergi.
Saya dan warga di desaku pada lari dengan anak-anaknya berlarian di sawah dan tidak merasakan capek. Saya dan warga di desaku bingung mau kemana.

Saya merindukan ibuku. Pas kejadian itu bapak saya tidak ada di rumah. Saya pergi ke Desa Karang sari. Saya melihat mobil truk akan berangkat untuk mengungsi. Saya dan teman saya naik, lalu warga lainnya lari terus untuk menyelamatkan diri dari gempa tsunami.

Kemudian saya turun dan bertemu dengan orang yang baik. Saya naik sepeda motor. Lalu saya diturunkan di depan pengungsi.

Tak lama kemudian, saya dan teman saya dijemput pakai sepeda motor untuk pulang dan tiba di rumah. Saya melihat warga yang belum ngungsi dan saya tidak bisa tidur, karena takut dengan gempa tsunami. Begitulah perasaan saya waktu ada gempa tsunami.

RIRIN YULIANA (23 th), Penggalang, Adipala, 013

saya menangis sambil berdoa

Pada hari senin saya bermain dengan teman. Dan saya juga membantu ibuku di dapur. Dan pada pukul 15.00 WIB ada salah satu orang memberitahukan bahwa di Bunton ada tsunami. Dan tetangga saya juga tahu, karena di pulang dari Bunton dan dia menangis-nangis. Dia bilang ke ibunya bahwa di bunton ada tsunami. Dan keluargaku dengar pembicaraan orang bahwa di bunton ada tsunami dan saya menangis sambil berdoa.

Ibuku menyuruh saya untuk memasukan baju ke dalam tas dan keluargaku sangat ketakutan dan keluargaku juga sudah siap-siap. Warga tahu semuanya dan jadinya warga saya ribut karena ada tsunami dan gempa bumi.

Semua ibu mencari-cari anak-anaknya dan bibi saya bingung karena dia mempunyai anak dan lindu (gempa) datang dan semua warga keluar rumah karena mereka takut nanti rumahnya hancur.

Pada pukul 19.00 WIB wargaku mengungsi. Mereka semua berlari-lari dengan cepat dengan sambil menangis. Saya ngungsi di rumah nenek. Semua warga ngungsinya jauh-jauh. Ada yang ke Purwokerto dan Maos dan juga ada yang ke masjid-masjid. Setelah itu lindu berhenti. Malam-malam saya menonton berita tentang gempa bumi dan tsunami.

Setelah itu saya tidur pada pukul 23.15. Saya dibangunkan oleh ibu,, katanya lindu akan datang dan tsunami juga akan datang. Semua warga memukul kentongan dengan keras, agar warga bangun.

Saya keluar rumah. Dan ternyata banyak sekali orang yang menyiapkan anda (tangga) di atap rumahnya. Di jalan banyak sekali orang yang berjalan menuju ke timur dan banyak motor, mobil, truk yang berjalan. Sementara saya membawa pakaian tidak banyak-banyak.

Banyak bayi yang dibawa lewat kuburan karena kuburannya dekat dengan pengungsian. Setelah itu lindu berhenti lagi dan saya masuk ke rumah lagi. Kemudian saya tidur lagi. Keesokan harinya saya pulang berjalan kaki, setelah itu saya sampai rumah.

YUNITA (14 th), Penggalang, Adipala, 012


ia menangis karena ketakutan

Pada hari senin saya sedang bermain dengan teman. Setelah saya bermain saya langsung pulang da saya dengr katanya ada yang bilang ada tsunami. Tetangga saya juga ada yang pulang dari Bunton dan dia menangis karena ketakutan. Aku jadi panic ketika mendengar ada tsunami.
Sekitar jam 07.00 WIB malam saya dan keluarga saya ngungsi di tepat yang aman. Di sana orang-orang banyak. Setelah sudah malam saya dan keluarga saya tidur.

Sekitar pukul 11.30 ada lindu (gempa) dan di sana sangat ramai orang-orang keluar rumah dan menyiapkan barang-barang yang mau dibawa. Dan saya sangat takut. Lalu saya dan keluarga saya pergi lagi ke tempat yang lebih aman.

Dan ada orang yang tidak ngungsi. Lalu saya dihentikan supaya jangan pergi karena tidak ada apa-apa. Jadi saya kembali ke tempat pengungsian lagi dan setelah sampai langsung tidur.
Setelah bangun tidur saya dan keluarga saya pulang sekitar pukul 05.00 dan pada hari selasa saya tidak berangkat ke sekolah karena saya masih yakin dan teman-teman juga tidak berangkat.

Pada hari rabunya saya juga tidak masuk sekolah. Dan pada hari kamis saya mulai masuk sekolah dan mulai pelajaran.

SLAMET PERMANA (13 th), Penggalang Pagak, Adipala, 011


saya sangat terkejut

Pada saat itu saya sedang bermain kelereng dan tiba-tiba saya mendengar getaran air yang cukup besar dari arah barat. Dan saya sangat terkejut dengan tiba-tiba semua warga kampungku semua aa .. pada keluar dari rumah. Dan pada saat itu saya memanggil nenekku yang sedang mandi di sumur.

Dan saya mendekati nenek, "nek..nek… ayu cepat kita lari"
"Emangnya ada apa sih met?"
Terus saya menjawab, "Ada gempa"

Dan pada saat itu, saya dan nenek lari menuju ke sawah. Dan pada saat itu saya dan nenek tertinggal jauh dari semua warga. Dan pada saat itu saya berpencar dan nenek saya lari terus menerus dan akhirnya saya menemukan temanku yaitu udin dan Simus. Saya dan kedua temanku menemukan truk yang akan menuju ke Banyumas dan poerasaanku takuuuut sekali.
Pada malam hari sekitar pukul 19.30 semua warga sudah pada pulang semua, tetapi saya dan kedua temanku belum pulang, akrena masih ketakutan. Dan pada saat itu saya melihat tetanggaku yang mungkin sedang mencari saya dan kedua temanku. Eh…. Ternyata benar, terus saya langsung dibawanya pulang dari tempat pengungsian.

Eh, setelah pulang dari tempat pengungsian saya langsung tidur, dan pada pukul 23.30 terdengar getaran lindu dan semuaku akhirnya pada-pada berkumpul kembali untuk menuju ke pengungsian. Begitulah perasaanku waktu mendengar tsunami.

LILI LISNANDAR (16 th), Gombolharjo, Adipala, 010


Saya kebingungan


Pertama kali saya dengar kabar tsunami sudah dating, saya sangat panic dan ketakutan. Saya melihat tetangga saya, semuanya pada pergi mengungsi. Saya kebingungan mau ikut ngungsi apa tinggal di rumah.

Tetapi kata ibu saya tidak usah pergi dari rumah. Ketika hari mulai gelap, tetangga saya sudah mulai pulang, tetapi kita harus waspada. Ayah saya tidak tidur, dia begadang sampai pagi.

Saya juga mendengar lagi katanya jam 10 pagi akan ada gempa susulan. Ternyata benar akan ada gempa susulan, tetapi tidak besar. Meskipun gempa susulannya tidak terlalu besar, tetapi kita harus tetap waspada dan bersiap untuk pergi.

Saya dan ayah saya sudah memarkirkan kendaraan di depan rumah. Jadi kalau ada gempa susulan, saya sudah tidak sibuk mengeluarkan kendaraan. Begitulah perasaan saya waktu dengar tsunami.

ANGGA DESRA E, (14 th), Penggalang, Adipala, 009

TERIMA KASIH TUHAN….

Pada hari senin sore saya dan teman sedang bermain sepak bola. Ketika itu seorang ibu teman saya berlari untuk memanggil teman saya. Dia berkata, "Yusuf, ayo pulang ada tsunami !"

Kami pun ikut berlari untuk melihat keadaan di Kali Serayu Penggalang karena kebetulan rumah saya dekat kali serayu tersebut. Ketika itu, ombak di kali serayu sedang tinggi dan besar. Untungnya rumahku dan rumah teman0-teman yang di pinggir kali berdaerah tinggi dan berbatu besar. Jadi ombaknya tidak bias mengikis tanah yang di pinggir kali. Kami pun pulang ketika air mulai surut. Di rumah kami di suruh mandi secepatnya. Ketika itu saya belum memasukan baju ke dalam tas, orang-orang mulai berlarian untuk mencari tempat yang agak tinggi.

Pada pukul 18.15, saya di suruh memasukkan buku-buku, surat-surat penting, dan baju ke dalam tas. Akhirnya semua selesai tiba-tiba kami disuruh naik ke dalam mobil dengan bak terbuka. Ketika pukul 19.oo kami berangkat ke Jatilawang. Tiba di sana kami langsung menurunkan barang-barang kami. Ketika pukul 21.00 terjadi gempa susulan itu membuat hatiku sedih teringat teman-temanku yang tidak ikut mengungsi dan teringat rumahku. Oh, sedihnya hatiku.

Pada hari selasa aku akupoun idak masuk sekolah karena masih trauma dengan kejadian tersebut. Kami terus menghidupkan televise untuk melihat berita.

Pada hari selasa sore saya pulang ke rumah kami. Besoknya saya pun masuk sekolah seperti biasa dan kami pun bermain seperti biasanya da ini erlangsung sampai hari ini. Terima kasih Tuhan, kau masih memberi berkah kepada kami. Amiin.

NGADIYO,(13 th), Adiraja, Adipala, 008

banyak orang-orang berlarian

Pada hari senin sore saya dan teman sedang bermain sepak bola di lapangan. Tiba-tiba saya melihat ke jalan banyak orang-orang berlarian sambil membawa barang berharga.
Oleh karena itu saya dan adik saya langsung pulag ke rumah menemui orang tua saya dan orang-orang ada yang bilang ada gempa tsunami di laut kidul.

Lalu saya dan orang tua saya langsung memberesi baju-baju di rumah, lalu saya langsung lari ke jalan naik truk. Di dalam truk banyak orang-orang yang menangisi anaknya di rumah.

Supir truk akan membawa kami ke tempat yang tinggi yaitu di Banyumas. Setelah sampai di sana saya dan orang tua saya langsung tidur di masjid dan supir truk itu langsung pulang untuk mengambil orang-orang yang ada di sana sambil melihat keadaan. Ternyata keadaan di sana aman-aman saja. Lalu Saya dan orang tua saya langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ibu saya dan orang-orang di sana tidak tidur.
Itulah perasaanku.

AJI AGUS BUDIANTO(14 th), Adiraja, Adipala, 007

Gelombang Tsunami itu Kecil…..


Waktu saya mendengar ada berita tsunami perasaan saya takut dan gelisah. Kemudian saya pulang dan langsung pergi ke Banyumas. DI sana saya mendengarberita dari salah satu orang katanya di Doplng air sudah mencapai 3 meter. Perasaan saya sangat sedih sampai saya tidak bisa tidur.

Kemudian jam 22.00 mendengar berita di tv katanya ada gempa tsunami. Di situlah perasaan saya sangat sedih. Kemudian saya pulang ke rumah, tetapi di rumah tidak ada apa-apa. Ternyata seseorang ang mengatakan di Doplang sudah 3 meter. Ternyata itu bohong dan sangat senang.

Waktu saya pulang ke rumah tidak beberapa lama kemudian seseorang lari dari arah selatan katanya gelombang tsunami dating lagi. Keluarga saya langsung pergi ke Kroya naik sepeda montor, tetapi saya tidak ikut karena tidak muat. Saya di rumah sendirian. Saya sangat takut dan memikirkan orang tua saya dan adik saya. Di sana saya sangat sedih karena saya tidak bersama orang tua saya. Tetapi beberapa lama kemudian tidak ada apa-apa. Ternyata gelombang tsunami itu kecil.

Begitulah perasaan saya waktu mendengar ada berita gempa tsunami. {ada waktu itu hari senin dan selasa. Tetapi waktu hari rabu saya pergi ke laut ingin melihat ombak di sana. Kata orang kalau malam harus siap-siap katanya ombak laut semakin besar. Perasaan saya sagat takut. Begitulah perasaan saya waktu saya mendengar berita tsunami.

AMELIA NINGRUM (13 th), Penggalang, Adipala, 006


ibu saya sedang sholat ashar

Pertama kalinya saya mendengar tentang kejadian, masalahnya katanya ada tsunami adalah hari senin. Terus saya sangat takut sekali, terus tetangga-tetangga pada rebut. Katanya air sungai sudah sampai di darat. Saat kejadian itu warga semua pada takut terus semua warga pada lari.

Pada saat itu ibu saya sedang sholat ashar. Pada kejadian itu saya dan adik saya menangis karena ketakutan waktu orang-orang sudah pada lari. Tetapi keluarga saya belum belum pada lari. Karena menunggu ibu saya sedang sholat. Setelah selesai ibu saya sholat terus keluarga saya semua pada lari.

Dengan rasa takut sekali, terus semua warga pada kumpul di depan masjid, tetapi saat itu aku berpisah dengan adik-adik dan ibuku. Dan saat itu aku sangat sedih takut kehilangan ibuku dan adik-adikku.

Pada saat aku berpisah dengan keluargaku, saya ikut gerombolan orang,. Saya mengungsi di Gunung pager Alang. Pada saat aku sampai di gunung pager alang, di sana aku menangis terus karena aku tahu tidak akan ketemu lagi dengan keluargaku.

Sudahlah menjelang pagi orang-orang pada ngomong katanya Penggalang tidak ada apa-apa, terus aku dan segerombolan orang pada pulang bersama-sama naik truk. Sudahlah sampai rumah, terus keluargaku semua sudah pada pulang. Dan saya sangat senang sekali setelah bertemu dengan keluargaku. Dan saat itu aku dipeluk dan dicium oleh keluargaku. Ibuku memeluk aku sambil menangis.

Dan malam rabunya jam 19.00 da geger – geger lagi, katanya airnya naik sampai ke darat. Terus semua warga sangat takut lagi dan keluargaku juga sangat takut. Adik-adik saya semua pada nangis, karena ketakutan. Dan ternyata ada orang bilang katanya tidak ada apa-apa dan keluargaku semua pada bersyukur.

Dan tadi malam saya juga pada malam kamis jam 21.00 malam katanya ada lagi. Terus ada orang yang bilang," jangan pada tidur". Terus keluargaku tadi malam tidak ada yang tidur. Katanya jam 01.00 malam akan terjadi itu lagi. Terus ternyata tidak pada tidur sampai jam 01.00 malam. Ternyata tidak ada apa-apa, terus kelurgaku tidur dech!! Sampai pagi , teryata tidak ada apa-apa sampai sekarang pun keluarga kami masih pada cemas dan khawatir.

SRI ENDAH MENTARI (15 th), Welahar, Adipala, 005


Orang-orang teriak tsunami… tsunami…

Hari itu tepat pukul 16.00 WIB. Orang-orang teriak tsunami… tsunami… Aku pun keluar rumah. Aku ingin tahu apa yang terjadi. Aku keluar rumah. Orang-orang lari ketakutan. Aku pun ikut lari. Aku mencari adikku ke kebun belakang rumahku. Namun adikku tak ada di sana dan aku lari pulang ke rumah. Aku mendengar adikku menangis. Ternyata adikku menangis karena takut. Soalnya ibuku di kebun dekat dengan laut.

Setelah aku mendengar adikku menangis memanggil-manggil ibu, aku ikut menangis. Tiba-tiba ibuku dating dan memanggil aku dan adikku. Kami sekeluarga siap-siap untuk pergi dari rumah, namun aku dan adikku disuruh pergi duluan ke rumah lilik.

Aku pun pergi ke rumah lilikku, sesampainya di rumah lilik. Lilik nggak ada di rumah, adiku pun menagis, minta pulang ke rumah. Aku pulang ke rumah dengan adikku.

Namun aku kelupaan tas yang dibawaku ketinggalan di teras rumah lilik dan malam harinya aku ambil tas dengan kakakku. Setelah mengambil tas aku dan kakakku pergi ke terminal Adipala untuk melihat korban orang-orang yang ngungsi. Lalu aku bertemu dengan kakak kelasku Kavinah namanya. Katanya air laut sudah sampai ke rumahnya. Dan akupun pulang lagi ke rumah.

Sesampainya di rumah kakak aku, yang ada di Hong kong nelepon katanya di suruh ngungsi ke rumah Lik Barudin. Namun ibuku tetap di rumah. Banyak orang-orang pergi ke Adipala untuk ngungsi namun banyak juga yang tidak mengungsi. Sudah pukul 23.15 aku pun tidur.
Pagi-pagi aku berangkat sekolah. Di sekolah semua membicarakan tsunami yang baru terjadi dan tidak banyak siswa yang dating. Mungkin teman-teman masih trauma. Ibu bapak guru menyuruh kami berdoa dan pulang.

Sesampainya di rumah katanya ada tsunami lagi. Katanya airnya sudah sampai Bunton koplak Dokar. Aku pulang ke rumah dan siap-siap untuk ngungsi. Namun itu hanya isu. Saya dan keluarga saya tidak jadi ngungsi dan katanya malam rabu sekitar pukul 23.00 WIB terjadi tsunami lagi. sDan sampai sekarang banyak teman-teman yang tidak masuk karena masih trauma.

ARIF YUWANA (13 th), Penggalang, Adipala, 004


saya ikut ronda

Pada hari senin saya dan kaka saya sedang di bengkel. Saat saya dan kakak saya sedang betulkan truk tiba-tiba ada gempa lalu saya pulang dari bengkel dan kakak saya kemudian saya dan kaka saya pergi ke sungai ternyata ada tsunami dan semua orang panic dan takut. Saya juga kemudian orang-orang pulang dan membawa benda-benda yang sangat berharga untuk dibawa engungsi. Saya pun ikut mengungsi. Setelah aman saya dan orang-orang pulang ke rumah dan tidur kecuali yang ronda di pinggir sungai, begitupun saya ikut ronda dari jam 22.30 s/d 03.15 WIB.

Pada hari selasa saya dan teman saya tidak berangkat sekolah karena masih takut dan panic, setelah menjelang alam saya dan orang-orang pun ronda lagi dari jam 20.00 s/d 03.00 WIB.
Pada hari rabu kata orang-orang sudah aman lalu saya berangkat ke sekolah. Setelah pulang sekolah saya bermain bola bersama teman-teman sampai jam 16.00. Setelah selesai main bola saya mandi dan tidur lebih awal karena saya sangat ngatuk, karena ronda dua hari dua malam. Ketika saya sedang tidur nyenyak tiba-tiba orang berteriak katanya ada tsunami dan terjadi gempa bumi pada jam 24.00 WIB.

Pada hari kamis saya berangkat ke sekolah karena sudah aman, saya berangkat sekolah bersama teman-teman. Begitulah perasaan saya takut dan panic terhadap gempa bumi dan tsunami.

RESTU, (13 th), Penggalang, Adipala, 003


Semua orang panik

Pada hari senin sore sekitar pukul 15.30 terjadi gempa bumi. Waktu itu saya sedang membantu orang tua.

Setelah 10 menit terjadi gempa lalu dating air yang sangat deras di pantai selatan. Semua orang panic dan takut dan berlarian ke sana ke sini. Setelah air sedikt reda, orang-orang desa pada pergi menfungsi ke sbuah gunung di Sanggrahan untuk menyelamatkan diri.

Pada malam harinya sekitar pukul 10 malam tsunami itu terjadi lagi orang desa semua panic lagi termasuk saya. Walaupun saya dan keluarga saya sudah mengungsi saya tetap panic.

Pada hari selasa saya pulang ke rumah untuk melihat situasi si sungai Serayu. Pada saat itu saya tidak boleh masuk sekolah dulu karena masih takut dan panic ada tsunami susulan.

Warga desa melakukan ronda malam untuk jaga-jaga kalau ada tsunami lagi.

Pada hari rabu saya sudahj agak sedikit tidak panic karena sudah tidak ada ysunami di desaku lagi. Saya cukup senang dan saya bermain seperti biasa di dekat Sungai Serayu. Saya dan teman-teman bermain sepak bola sambil melihat-lihat situasi di sungai. Saya juga memancing ikan di sungai dengan ayah dan teman saya.

Pada malam harinya pergi ke rumah bu gede saya untuk melihat keadaan apakah baik-baik saja. Terus saya pulang dan tidur. Sekitar pukul 12 malam ada orang ke rumahku katanya ada tsunami lagi. Saya dan keluarga saya panic. Saat mendengar kabar itu.

Pada keesokan harinya ternyata tidak ada apa-apa, tetapi sampai sekarag saya tetap merasa takut dan waspada kalau ada tsunami lagi.

IIN NUR INDAH SARI (15 th), Adipala, Adipala, 002


GEMPA TSUNAMI LAUT SELATAN

Pada hari senin tetangga saya pergi ke laut wiara paying. Mereka melihat ombak dengan ketinggian 3 meter. Setelah mereka tahu ombak dengan cepat mereka buru-buru l;angsung pulang.

Setelah mereka pulang, mereka bingung mau memberitahukan kepada orang-orang. Dia mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa air laut itu sudah dating ke widara payung.
Kedua orang tua itu sangat panic padahal orang-orang silangsur sudah pada mau mengungsi. Setelah kedua orang tua itu panic mau menguingsi ke mana kata orang-orang pun kali Serayu itu sudah mendarat ke jalan-jalan.

Setelah hari selasa orang-orang yang mengungsi itu sudah pulang. Ibu Rati pergi ke pasar setelah dia ke pasar orang-orang bilang katanya akan ada gempa susulan makanya semua orang pada waspada.

Desa srandil katanya yang jualan makanan di dekat laut pun juga kena tsunami. Adapun tetangga saya yang kena tsunami padahal mereka sedang mincing di bedaan tiba-tiba ombak laut dating dengan cepat. Lalu tetangga saya ke bawa air laut tapi tetagga saya pun selamat. Oleh karena itu kejadian tsunami. Itu sama saja kejadian yang di Aceh.

Orang desa silangsur semua pada mengungsi di Gunung ada juga ang di Purwokerto. Tetapi orang Adipala kebanyakan ngga ada yang mengungsi kemana pun. Akupun takut setelah tahu ada tsunami di Pangandaran laut selatan.

Ternyata tidak pun saya melihat di Aceh tapi saya mengalami juga nasibnya. Walaupun tsunami dating aku pasrah sama Alloh. Oleh karena itu anak tetangga saya ada yang terkena tsunami tapi selamat juga. Hari yang kedua pun aku takut kalau nantinya akan ada kejadian gempa tsunami susulan.

KURNIATUN (16 th), Karanganyar, Adipala, 001


kami mendirikan tenda

Pada hari senin sekitar jam 16.00 WIB saya ketakutan ketika warga berteriak air laut naik. Semua keluarga saya pergi mengungsi ke atas gunung bersama warga yang lain. Di sana saya sangat ketakutan. Lalu di sana saya bertemu sepupu saya, kami mendirikan tenda pada waktu itu.

Keesokan harinya saya pulang ke rumah sekitar pukul 03.00 WIB pagi dan saya pulang bersama ibu, adik saya, dan bapak saya. Setibanya di rumah saya bantu ibu di dapur hingga siang lalu saya dan adik saya kembal ke gunung, sedangkan ayah dan ibu di rumah. Mereka datang ketika sudah sore.

Di sana kami diberi makanan dan obat-obatan dan juga susu bayi. Di sana banyak sekali balita sekitar berumur 1-16 bulanan dan juga nenek-nenek dan ibu yang sedang hamil.

Hari kamis saya pulang karena harus berangkat bersekolah, lalu sepulang sekolah saya harus kembali ke gunung oleh orang tua saya karena takut apabila ada tsunami susulan, tetapi untung saudara-saudara kami tidak ada yang menjadi korban tsunami.