Sabtu, 14 Juni 2008

Arif Setiawan, (15 th), Binangun

Bencana Tsunami di Pantai Selatan


Pada sore sewaktu sedang asyik bermain di sawah, cuaca cerah tetapi tiba-tiba berubah dengan drastic menjadi mendung. Dan pada saat yang sama orang-orang terlihat berlarian menuju rumah masing-masing. Aku pun bingung, lalu ada orang yang memberi tahu bahwa terjadi tsunami di Laut Pantai Selatan.

Aku pun langsung lari menuju ke rumah. Setelah sampai di rumah, tetangga saya pada menangis ketakutan. Lalu saya dan keluarga pergi mengungsi ke daerah yang lebih tinggi.

Saya naik motor, lalu di jalan terjebak kemacetan yang cukup panjang. Setelah sampai di pegunungan saya dan keluarga mengungsi di sebuah warung makan. Ternyata di situ saya bertemu dengan orang yang rumahnya tidak terlalu jauh dari pantai.

Dia berbicara ke saya katanya rumahnya terkena tsunami, tetapi untungnya semua anggota keluarganya tidak ada meninggal. Dia berbicara lagi, katanya tsunami itu terjadi Cuma 1 – 2 detik saja. Namun banyak pula menelan korban khususnya di desa Widarapayung dan Sidaurip.

Keesokan harinya saya pulang, tetapi di desa hari, katanya akan ada lagi tsunami susulan, tetapi ternyata tidak terjadi lagi. Sekitar 1 – 3 minggu peristiwa itu sudah terlupakan, tetapi kadang-kadang masih teringat. Kadang-kadang saya takut kalau bermain ke laut, tetapi sekarang sudah tidak lagi.

Ketika ada ramalan pada tanggal 21 Juni 2006, tsunami akan terjadi lagi, tetapi kani tidak percaya desa kami akan dilanda tsunami. Dan memang ternyata tidak terjadi lagi, kami pun sudah melupakan hal-hal yang tidak begitu baik itu.

Tidak ada komentar: