Sabtu, 03 Mei 2008

Sumarsih (13 th), Binangun, 011

KISAH TSUNAMI DI CILACAP

Jeritan dan tangisan para warga di halaman rumah. Mereka berlari ke sana kemari tak keruan ketika salah satu warga desa memberitahu kami bahwa air laut melambung tinggi sampai 5 meter. Kami semua pun tak dapat membayangkan bagaimana seandainya air laut sampai ke permukiman kami.

Tak berfikir panjang semua warga panik dan mereka membawa barang-barang yang dibutuhkan yang terutama pakaian dan mereka para ibu ketakutan karena anaknya belum juga pulang. Akhirnya ketika si anak ibu tersebut pulang, sang ibu langsung mengajak anak-anaknya pergi meninggalkan rumah.

Begitu semua warga mendengar bahwa air laut sudah sampai sungai, para warga lari ketakutan. Orang-orang yang rumahnya ada di selatan, lari menuju ke Gunung Karang salam. Yang lebnih menyedihkan bagi saya adalah kakek saya tidak bisa berjalan, akhirnya keluarga saya membawa kakek dengan mobil. Setekllah di tengah perjalanan, saya melihat hanya ada tangisan dan verita para ibu, nenek dan anak kecil yang terpisah dari kedua orang tuanya. Ketika malam tiba, semua orang ada yang terus berbondong-bondong menaiki motornya ke arah utara. Dan ada sebagian warga tinggal di pengungsian dan sebagian lagi di masjid-masjid.

Yang lebih menyedihkan ketika anak dari kakak saya menangis mencari ibunya, karena pada waktu itu anak kakak saya itu bersama saya, ibu dan ayah saya. Ketika malam tiba semua warga mendengar kembali berita bahwa pada pukul 12.00 WIB malam nanti akan terjadi tsunami kembali. Dengan adanya kabar tersebut para warga yang tadinya reda, kini kembali panik dan terjadi lagi para warga berbondong-bondong pergi meninggalkan pengungsian, padahal di pengungsian telah disiapkan obat-obatan dan makanan.

Setelah itu saya, orang tua dan adik saya terus mendatangi pengungsian untuk mencari kakak saya sampai di masjid Danasri. Ayah saya menyiarkan kakak saya ada di masjid tersebut atau tidak. Lalu kami sekeluarga terus mencari tempat pengungsian dan setiap pengungsian terus didatangi dan disiarkan nama kakak saya, tapi belum juga ketemu. Waktu terus meranjak malam dan belum juga ketemu. Anak dari kakak saya terus menangis.

Waktu telah menunjukkan pukul 11.00 WIB. Namun belum juga ketemu, sampai akhirnya kita pasrah karena sudah 2 jam mencari, tapi belum juga ketemu. Sampai akhirnya, ayah saya mengajak kami pulang ke rumah, tetapi saya tidak mau karena waktu sudah larut malam. Di tengah perjalan saya dihubungi oleh kakak saya bahwa ada di rumah anak dari kakak ibu saya, lalu kami sekeluarga berputar balik menuju ke Pucung, karena kakak saya ada di Pucung. Setelah sampai akhirnya di sana kakek dan nenek saya. Kita bersama-sama ada di situ. Setelah itu kami semua makan bersama.

Pagi telah tiba, para warga pun pulang menuju rumah masing-masing dan hari keduanya kami kembali mengungsi. Setelah sampai ke pengungsian kami diberitahu oleh para dinas dari Cilacap bahwa tak ada tsunami lagi. Akhirnya kami pulang kembali ke rumah masing-masing.

Tidak ada komentar: