Sabtu, 03 Mei 2008

Ningsih Winarti (13 th), Binangun, 001

DILANDA TSUNAMI

Saya sebenarnya sedikit tahu tentang keadaan laut, yang kadang-kadang besar dan sebagainya. Jika saya mau menyempatkan diri memperhatikan keadaan sudah pasti saya langsung mengambil sikap siap-siap untuk berjaga-jaga.

Namun saat itu aku sedang duduk santai sambil baca-baca. Jadi tidak aku perhatikan pertanda yang nampak. Malah ibu aku yang paling dulu melihat dan mendengar orang-orang pada berlari dan berteriak-teriak, “Ada tsunami”

“Lihat ¡” katanya sambil menuding ke arah orang-orang yang berlari dengan kekhawatirannya.
Dengan cepat ibuku juga dengan khawatir mengemas pakaian dan segala macam untuk di bawa.
“Kita harus pergi,” kata ibu.
“Terlalu berbahaya jika kita terus di rumah. Lebih baik kita mengungsi dan lebih berhati-hati....”

Kalimatnya terpotong karena saat itu terdengar suara sperti ledakan yang begitu keras.
Kami cemas seiolah-olah saat itu juga orang-orang menangis, bersedih dan khawatir.kami sempat pergi dengan keadaan cemas, kami pergi ‘ntah kemana arah tujuan, hingga kami sampai di sebuah rumah yang jauh dari tempat tsunami itu.

Kami di sana menginap dengan dengan keadaan takut dan sedikit tidak nyaman tapi hal itu tidak kami hiraukan.

“Yang penting kita menyelamatkan diri,” kata ibuku.
Setelah kita menginap beberapa hari,kami ingin sekali pulang. Dengan rasa ingin tahunya keadaan desa. Namun tiba-tiba ayahku datang. Ia mengatakan, “air laut itu tidak sampai ke rumah kita, tetapi jangan dulu pulang.”

Kami semua senang mendengar kabar itu. Seketika itu pula kami masih merasa cemas dan gelisah dengan keadaan ini.

Hari kemudian kakakku mengambil keputusan, tanpa pikir panjang lagi, ia sangat nekat ingin pulang.

“Jangan pergi ! keadaan di sana masih berbahaya, air laut belum surut”, kata ibu melarangnya.
Karena saat itu gelombang laut belum juga surut seperti semula, tapi kakakku sudah membulatkan tekad untuk memngetahui keadaan di sana. Apapaun resiko yang dihadapi, ia harus mengetahui keadaan sekarang.

Ibuku begitu panik dengan kenekatan kakakku itu, kini semua khawatir. Namun ketika kakakku pulang, ia bercerita keadaan di sana, “Ada seorang tetangga kita dapat menyelamatkan diri dari gelombang yang begitu dahsyat, ketika dia sedang mencari ikan di laut dan dia melihat gelombang yang datang bgitu besar. Kemudian dia berlari dengan sekuat tenaga dan memanjat pohon kelapa yang tinggi,” kata kakakku menceritakannya.

Dan di hari kemudian kata saudara-saudaraku air itu telah surut. Kini semua merasa senang. Dan ingin sekali kembali ke rumah. Kami meutuskan untuk pulang, walau dengan keadaan masih takut. Akhirnya kami sampai rumah, kami pun belum bisa tidur di malam hari itu karena kami masih khawatir denganan keadaan air laut itu.

Dan pagi-paginya kata orang-orang di desaku mengatakan, “Tidak usah khawatir air sudah kembali normal seperti biasa,” katanya.

Kami erasa senang dan bahagia karena kami dapat menyelamatkan diri walau air itu tidak sampai ke rumah kami.

Akhirnya kami kembali ke dalam kehidupan semula dan tidak ada ancaman lagi bencana tsunami.

Tidak ada komentar: